Now or Never Lawan Kutukan

By Abdi Satria


M. Nigara

Wartawan Sepakbola Senior


TULISAN ini lanjutan dari 'Kutukan' Keris PSSI. Jujur, kepala saya tak bisa berhenti berpikir. Banyak kekeliruan yang seperti disadari atau tidak, terus saja berulang.

Seorang senior, Kang Mas Adi Wargono, dulu wartawan Majalah Sportif dan Neraca, melakukan koreksi yang bagus atas tulisan saya. "Kurang detail," katanya.

Sebagai wartawan yang lebih senior, Mas AW pasti lebih tahu banyak ketimbang saya. Maka koreksinya saya terima.

Beberapa teman juga mengatakan hal yang sama. Sesama wartawan yang meliput PSSI, mereka pasti paham dengan tulisan saya. Jadi, jika mereka juga mengoreksinya, karena banyak yang sengaja saya tidak ungkap, saya pun mahfum.

Jika saya mengikuti emosi saat menulis, mungkin PSSI akan geger. Tapi, tujuan saya dan pasti juga kita semua, mengisahkan 'Kutukan' Keris, semata-mata mengharap ada perbaikan. Berkeinginan agar PSSI tidak seperti keledai yang terjerumus dalam lubang yang sama.

Banyak detail fakta yang jika ditulis akan membuat kita malu. Kok, bisa begitu? Ya sudahlah.

Untuk satu kebaikan, saya atau tepatnya kita simpan semuanya. Di antara senior, pasti ada yang senyum-senyum. Ada juga yang jengkel karena kisah sesungguhnya lebih seru dan dramatis. 

Tapi, sekali lagi tekad saya dan kita semua, PSSI bisa melawan 'Kutukan' Keris itu. Sekali ini, PSSI tidak boleh kalah dari 'Kutukan' itu. PSSI tidak boleh terjerumus ke lubang yang sama, apalagi untuk ke-5 kalinya.

Tidak dan jangan.

Meski demikian, saya haturkan terima kasih untuk semua koreksinya. Semua itu tanda kita masih peduli dan cinta pada PSSI, pada sepakbola Indonesia.

Ke-4 atau ke-6

Seorang junior saya: "Bang ini 'Kutukan' terakhir," tulisnya dalam WA ke saya. Sejak era Nurdin Halid, sudah enam Ketum PSSI berjatuhan.

Ia lalu merinci: 1. Djohar, 2. LNM, 3. ER, 4. JD, 5. IB, dan

6. MI alias Ibul.

"Aku menghitungnya yang menjabat ketua umum pasca Pak NH. karena kutukan itu terjadi ketika ada Break Away dan PSSI pecah..,"

Ia melanjutkan: "JD dan Ibud aku masukkan. Bagaimanapun, beliau-beliau itu jadi Ketum walau sebentar.."

Jadi, kalau sudah 6 ketum.. akan ada gonjang ganjing sekali lagi. Baru setelah ke-7 PSSI, aman damai.. hehehe,"

Saya tersenyum. Anak muda yang satu ini ternyata paham Kutukan Keris Mpu Gandring, meski dia berasal dari Sumbar. Saya tidak ingin berdebat, tekad kita semua sama, PSSI segera pulih.

Ya, segeralah berakhir kutukan itu.

Jangan mengundang

Beberapa esko PSSI menghubungi saya. Mereka dengan berbagai versi, bertutur. Tapi, jika ditarik benang merahnya, sama. Mereka ingin semua ini segera berakhir.

Ketua Umum KONI Pusat, Marciano Norman yang kebetulan senior bagi Iwan Bule dan Cucu Sumantri, juga ikut bereaksi. Sama juga, ia ingin tak ada lagi kegaduhan. "Kembali berangkulan. Benahi sepakbola tanpa mengedepankan ego," katanya. 

Dan yang paling istimewa reaksi Menpora. "Itu urusan internal PSSI, tentu pemerintah tidak bisa ikut campur. Saya pribadi masih melihat bahwa teman-teman pengurus PSSI bisa mengatasi setiap permasalahan yang muncul," kata Zainudin Amali, detik.com, Senin (27/4/2020).

"Dulu saja kan masalahnya malah lebih berat, bahkan sempat dibekukan oleh FIFA, tapi akhirnya bisa diselesaikan. PSSI adalah organisasi olahraga yang sudah cukup dewasa, usianya saja sudah 90 tahun," ujarnya menambahkan.

Istimewanya nyata. Dulu, hal ini seperti ini dan sudah pula terjadi. Tepatnya sejak 2010, begitu gaduh, ada saja orang dalam PSSI menarik orang luar ke dalam tubuh mereka. Orang luar itu membawa pemerintah. Maka, alih-alih beres, persoalan justru tambah kusut. Buntutnya PSSI di banned FIFA, (30/5/2015).

Pernyataan Menpora sekali ini ada final. Artinya pemerintah tidak akan masuk seperti dulu-dulu. Jujur, dalam situasi seperti ini, banyak orang dalam yang gatel. Dan biasanya, mereka mencari calon lain, dan juga --maaf-- mencari bandar untuk membiayainya.

Nah, dengan tegasnya sikap menpora kali ini, maka satu jalan penting dan paling menggiurkan, telah gugur. Tanpa dukungan pemerintah, maka pihak ketiga, tak mungkin bisa masuk. Artinya, PSSI harus menyelesaikan persoalannya dari dalam.

Sekedar mengingatkan, jangan lagi mengundang orang luar. Jangan lagi membawa-bawa sesuatu di luar sportivitas. Dan yang paling penting, isolasilah ego masing-masing. Pandanglah merah-putih di hadapan. Lihatlah Indonesia bukan individu.

Seperti kata menpora, dulu saja dengan kasus lebih berat, PSSI bisa selamat. Artinya, menpora saja optimis, masa PSSI tidak? Terus jaga positive thinking.

Ya, semua memang harus dimulai dari berpikir positif. Simak hadist ini:

“Jauhilah berprasangka karena sifat berprasangka itu adalah sedusta-dusta pembicaraan. Dan janganlah kamu mencari kesalahan, memata-matai, janganlah kamu berdengki-dengkian, janganlah kamu belakang-membelakangi dan janganlah kamu benci-bencian. Dan hendaklah kamu semua wahai hamba-hamba Allah bersaudara.” (HR. Bukhori)

Kata saudara kita dari Maluku, Katong samua bersodara. Kata rakyat Jawa Barat, Urang salembur sadulur, kata mereka dari dari Jawa

Semoga bermanfaat..